SEPUTAR KEWIRAUSAHAAN

Leave a Comment

1 Kewirausahaan
______________________________________________________________________
Standar Kompetensi : 1. Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha
Kompetensi Dasar : 1. 1 Mengidentifikasi sikap dan perilaku wirausahawan
1. 4 Mengembangkan semangat wirausaha
______________________________________________________________________
1.1 Pengertian Kewirausahaan
    Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa Inggris. Kataentrepreneurship sendiri sebenarnya berawal dari bahasa Perancis yaitu 'entreprende' yangberarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Istilah tersebut diperkenalkan oleh RichardCantillon pada 1755. Sebelumnya, kata entrepreneur secara tertulis pertama kali digunakan oleh Savary pada tahun 1723 dalam bukunya berjudul "Kamus Dagang". Istilah ini semakin populer setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B. Say pada 1803 untuk menggambarkan para pengusaha yang mampu memindahkan sumber-sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat produktivitas yang lebih tinggi dan menghasilkan lebih banyak lagi.
   Wirausaha adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dan fungsinya adalah
untuk melakukan inovasi, atau menciptakan kombinasi-kombinasi baru. Wirausaha menjalankan proses yang disebut dengan 'creative destruction' terhadap keseimbangan pasar. Inovasi yang diciptakan oleh wirausaha akan menghancurkan keseimbangan yang terdapat di dalam pasar untuk kemudian mencapai keseimbangan baru dengan keuntungan-keuntungan atas inovasi tersebut.
    Istilah entrepreneurship dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa kata yang sering diartikan sama, di antaranya adalah wiraswasta, pengusaha, pedagang, saudagar, dan yang terakhirwirausaha. Sukardi dalam disertasinya di Program Pascasarjana UI, menjelaskan perbedaanpengertian dari tiap-tiap kata tersebut dan memutuskan untuk menggunakan istilah entrepreneur.Tidak ada istilah yang dapat benar-benar mewakili kata entrepreneur.
Buku "Kewirausahaan Indonesia dengan Semangat 17-8-1945" yang diterbitkan oleh Depkop &PPK, menggunakan istilah wirausaha tanpa mempertentangkannya dengan istilah wiraswasta.Istilah wiraswasta pernah populer pada tahun 1970-an, dimana pada saat itu terdapat suatu program pembinaan kepribadian mandiri generasi muda yang dilakukan oleh Suparman Sumahamidjaja dan disiarkan oleh TVRI. Dalam Bahasa Indonesia, istilah wiraswasta memiliki arti:
· Wira : utama, gagah, luhur, berani, teladan, pejuang
· Swa : sendiri swa : sendiri
· hasta : tangan sta : berdiri
    Jadi, wiraswasta berarti orang yang memiliki sifat-sifat keberanian, keutamaan, keteladanan,dalam mengambil risiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Namun demikian, dalam realitasnya seorang wirausaha tidak bisa disamakan dengan wiraswasta. Wiraswasta memang berusaha mandiri, namun biasanya tidak memiliki visi pengembangan usaha, kreativitas, dan daya inovasi. Contohnya pengrajin cinderamata yang telah sekian lama membuka usaha, namun kondisinya tetap sama seperti semula. Hal itu pada prinsipnya bukanlah wirausaha. Ia hanya seorang wiraswasta. Tetapi pengrajin yang mampu memasarkan, membuka lapangan kerja dan bisa mengembangkan usahanya menjadi perusahaan penghasil cinderamata adalah wirausaha. Contohnya adalah anak-anak muda yang tergabung dalam kelompok "Dagadu Djogja". Kaos oblong "Dagadu Djogja" adalah usaha yang awalnya merupakan penyaluran hobi para mahasiswa arsitektur yang pandai dalam hal desain grafis. Produk-produk rancangannya yang unik, lucu, dan cerdas yang dituangkan dalam bentuk 'cinderamata alternatif dari Djogja' mengundang daya tarik tersendiri. Kini, di bawah bendera PT. Aseli Dagadu Djogja sudah merambah ke media cetak lainnya selain media kaos, seperti mug, tas, dompet, dan lain-lain.
       Ada pula orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dilakukan oleh seorang "usahawan" atau "wiraswasta." Pandangan itu tidaklah tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif baik dalam kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif
untuk menciptakan peluang. Banyak orang yang berhasil dan sukses karena memiliki
kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Karya dan karsa hanya terdapat pada orang-orang yang berpikir kreatif. Tidak sedikit orang dan perusahaan yang berhasil meraih sukses karena memiliki kemampuan kreatif dan inovatif. Proses kreatif dan inovatif tersebut biasanya diawali dengan munculnya ide-ide dan pemikiran baru untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sedangkan dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk meraih pasar. Baik ide, pemikiran, maupun tindakan kreatif tidak lain untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda merupakan nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang.
Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar
melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda, melalui :
1. Pengembangan teknologi baru
2. Penemuan pengetahuan ilmiah baru,
3. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada.
4. Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber-sumber daya yang lebih efisien.
    Sukses kewirausahaan akan dicapai apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru (Zimmer, 1996:51). Kewirausahaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan keberanian seseorang dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapi. Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W. Zimmerer (1996) "Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar".

1.2 Disiplin Ilmu Kewirausahaan
Dahulu, kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung
dilapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir, sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan, tetapi merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat kewiraushaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi wirausahawan adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh karena itu, untuk menjadi wirausahawan yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya. Seperti telah dikemukakan di atas, kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk prilaku. Menurut Soeparman Soemahamidjja (1997:14-15), kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirauahaan, yaitu :
a. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha.
b. Kemampuan memotivasi diri.
c. Kemampuan untuk berinisiatif.
d. Kemampuan berinovasi.
e. Kemampuan untuk membentuk modal uang dan barang
f. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri.
g. Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama
h. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah
Menurut Peter Drucker, karakteristik utama wirausahawan dalam bukunya Innovation and
Entrepreneurship (1985) pada dasarnya terbentuk oleh dorongan untuk mencapai ciri-ciri pribadi.
Sembilan karakteristik utama wirausahawan :
1. Dorongan berprestasi.
2. Bekerja keras.
3. Memperhatikan kualitas
4. Sangat bertanggungjawab
5. Berorientasi pada imbalan
6. Optimis
7. Berorientasi pada hasil yang baik
8. Mampu mengorganissikan orang atau masalah
9. Berorientasi pada uang.
Geoffrey G. Meredith (1996) mengemukakan bahwa ciri-ciri wirausahawan sebagai berikut :
a. Percaya diri
b. Berorientasi pada tugas dan hasil
c. Keberanian mengambil resiko
d. Kepemimpinan
e. Keorisinilan
f. Berorientasi pada masa depan
Bygrave menggambarkan wirausaha dengan konsep 10 D, yaitu :
1. Dream ; mempunyai visi terhadap masa depan dan mampu mewujudkannya.
2. Decisiveness ; tidak bekerja lambat, membuat keputusan berdasar perhitungan yang tepat.
3. Doers ; membuat keputusan dan melaksanakannya.
4. Determination ; melaksanakan kegiatan dengan penuh perhatian.
5. Dedication ; mempunyai dedikasi tinggi dalam berusaha.
6. Devotion ; mencintai pekerjaan yang dimiliki.
7. Details ; memperhatiakn faktor-faktor kritis secara rinci.
8. Destiny ; bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yang hendak dicapai.
9. Dollars ; motivasi bukan hanya uang.
10. Distribute ; mendistribusikan kepemilikannya terhadap orang yang dipercayai.
Dari daftar ciri seorang wirausaha di atas, dapat diidentifikasi sikap seorang wirausaha yang
dilihat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
a. Disiplin
b. Komitmen Tinggi
c. Jujur
d. Keatif dan inovatif
e. Mandiri
f. Realistis
Semangat kewirausahaan harus dibangun berdasarkan asas pokok sebagai berikut :
a. Kemauan kuat untuk berkarya (terutama dalam bidang ekonomi) dan semangat mandiri;
b. Mampu membuat keputusan yang tepat dan berani mengambil resiko;
c. Kreatif dan inovatif;
d. Tekun, teliti, dan produktif;
e. Berkarya dengan semangat kebersamaan dan etika bisnis yang sehat.
Kewirausahaan merupakan proses menciptakan nilai dengan mengumpulkan beberapa
sumberdaya yang bersifat unik yang dimiliki oleh seseorang untuk digunakan sebagai modal
untuk mengambil kesempatan bisnis yang ada.Wirausahawan dapat diartikan sebagai pengusaha yang mampu melihat peluang dengan mencari dana serta sumberdaya lainnya yang diperlukan untuk menggarap peluang tersebut, berani menanggung resiko yang berkaitan dengan pelaksanaan bisnis yang ditekuninya serta menjalankan usaha tersebut dengan rencana pertumbuhan dan ekspansi. Hart, Stevenson, dan Dial menyatakan bahwa seorang wirausaha harus berpikir jauh kedepan.
Mereka memiliki beberapa model pemikiran wirausaha sebagai berikut:
1. Yang pertama: dari eksis menjadi matang. Untuk mencapai ini biasanya melalui tiga tahapan,yaitu:
· Eksis, di mana seorang wirausahawan menunjukkan dirinya sebagai pengusaha ketika mulai menjalankan bisnisnya.
· Mengembangkan pasar dalam rangka memperbesar skala usahanya.
· Menata organisasinya untuk mencapai keteraturan.
2. Yang kedua: bertahan (survival). Di masa ini perusahaan mulai memperbaiki organisasinya untuk hidup bertahan. Melakukan reorganisasi dengan memperbaiki sistem produksi. Kemudian memperbaiki arus keuangannya sehingga meraih keuntungan. Dan melakukan diversifikasi berbagai macam produk.
3. Yang ketiga: masa sukses. Masa ini adalah masa bagi wirausahawan yang telah mampu
bertahan untuk menikmati suksesnya. Dia telah mendapat pasar yang benar-benar telah mapan. Bahkan ia bisa lebih meningkatkan pasarnya. Setiap orang mempunyai kesempatan untuk menjadi wirausahawan dan memiliki bakat menjadi wirausahawan. Seseorang bisa dikatakan sebagai wirausahawan selama dia bisa berkembang sesuai dengan prinsip-prinsip kewirausahaan. Walaupun pada umumnya seorang wirausahawan miskin dalam kemampuan manajerial, marketing dan keuangan. Mereka juga sering tidak mengetahui bagaimana berhubungan dengan bank, pemasok, pelanggan, distributor dan sebagainya. Kewirausahaan adalah sebuah metode yang efektif dalam mempertemukan jarak
antara ilmu dan praktik dalam hal menemukan pasar, membangun usaha, dan membawa produk atau jasa tersebut ke pasar. Wirausahawan yang segera menyadari keterbatasan kemampuan manajerial dapat memilih partner untuk membantu memaksimalkan perkembangan usahanya, daripada mengembangkan sendiri memakan waktu lebih lama. Hal ini dilakukan oleh Mike Lazaridis tahun 1992 yang mengajak salah satu kliennya, Jim Balsillie seorang pebisnis handal -yang rela menggadaikan rumahnya serta mengucurkan seluruh hartanya - untuk bergabung dengan RIM yang saat itu masih sangat kecil. Keduanya memiliki kesamaan keyakinan sejak satu dasawarsa lalu bahwa suatu saat orang akan menginginkan akses email terus menerus melalui perangkat yang dapat dicantolkan pada ikat pinggang. Akhirnya mimpi tersebut terwujud dengan BlackBerry pada tahun 1999. BlackBerry memiliki lebih dari satu juta pelanggan, termasuk di antaranya orang-orang terkenal seperti Jeb Bush, Sarah Jessica Parker dan Jeck Welch. BlackBerry pun merambah berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Kewirausahaan sebagai suatu proses. Yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi). Tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Sedangkan wirausaha mengacu pada orang yang melaksanakan proses penciptaan kesejahteraan/kekayaan dan nilai tambah, melalui peneloran dan penetasan gagasan, memadukan sumber daya dan merealisasikan gagasan tersebut menjadi kenyataan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan adalah orang yang mampu meretas gagasan menjadi realitas. Pada tahun 1981, seorang pemuda berusia 25 tahun, membeli Q-DOS seharga $75.000. Ia dan rekannya, Paul Allen, bermimpi menghadirkan sebuah komputer di setiap meja kerja dan di setiap rumah. Pada zamannya hal ini dianggap mustahil. Namun pemuda ini bersama rekannya mampu menghadirkan semua itu. Pemuda itu adalah Bill Gates yang kini menjadi orang terkaya di dunia dengan perusahaannya Microsoft. Bill Gates telah meretas gagasan menjadi realita. Jadi, seorang wirausahawan adalah orang yang kreatif dan inovatif. Ia pun mampu mewujudkannya bagi peningkatan kesejahteraan diri, masyarakat, dan lingkungannya. Kreatif bila ia memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau mengadakan sesuatu yang  belum ada. Jika di lingkungan kampus memerlukan toko buku dan ada orang yang bisa
mewujudkannya maka orang tersebut dapat kita disebut kreatif. Inovatif bila ia mampu memberi ciri khas tersendiri yang berbeda dari yang lain. Misalnya toko buku tersebut, memiliki ciri khas kekhususan bukunya yang akademik, layout ruangannya yang nyaman, promosi penjualannya yang menarik, pelayanannya yang ekselen. Jika kedua kelebihan ini dan mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi civitas kampus, maka ia adalah seorang wirausahawan.
1.3 Faktor Penghambat Kewirausahaan
Pemerintah semakin tertarik untuk mengembangkan kewirausahaan. Ketertarikan pemerintah
kepada kewirausahaan terutama usaha kecil dan menengah. Pengusaha kecil dan menengah telah terbukti tidak menjadi beban pemerintah dari pada perusahan-perusahan besar dalam  menghadapi krisis ekonomi beberapa waktu yang lalu. Disamping itu tumbuhnya kewirausahaan akan menunjang kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain pertumbuhan kewiusahaan akan berdampak langsung kepada pertumbuhan atau kemakmuran suatu bangsa.
Ketertarikan pemerintah dalam kewirausahaan dapat dilihat dari keseriusahan pemerintah
dalam mengelola usaha kecil dan menengah melalui sebuah kementrian Koprasi Usaha Kecil dan Menengah. Demikian juga di daerah-daerah didirikan pusat-pusat pelayanan industri kecil dan menengah. Kebijakan pemerintah yang mendorong berkembangnya kewirausahan sayang  masih suka dikotori oleh oknum-oknum pemerintah sendiri yang menghambat perkembangan kewirausahaan. Hambatan-hambatan yang dilalukan oleh oknum pemerintah adalah berupa hambatan birokrasi, pungutan-pungutan yang tidak transparan dan tidak menjadi fasilisator yang baik. Perkembangan kewirausahan di Indonesia mendapat hambatan dari anggapan-anggapan masyarakat itu sendiri yang kurang kondusif. Hal ini dapat kita lihat dari mitos-mitos yang berkembang dalam diri masyarakat. Mitos-mitos tersebut adalah modal, keturunan, status social, pendidikan, gender, dan kesehatan/kelengkapan fisik. Mitos adalah suatu anggapan atau keyakinan yang berkembang dalam masyarakat bahwa sesuatu itu benar, walaupun kebenaranya
sesungguhnya belum terbukti. Contohnya adalah bahwa dalam sebagian masyarakat ada
anggapan bahwa menjadi bila bayi diberi makan ikan basah menjadi cacingan. Anggapan
tersebut tidak terbukti, malah sebaliknya bila bayi diberi ikan basah akan menjadi pintar atau baik pertumbuhan otaknya karena ikan basah mengandung Omega 6, yang baik untuk pertumbuhan otak.
Mitos yang menghambat perkembangan kewirausahan juga sedemikian rupa masyarakat
mempercayainya. Masyarakat tidak berani memulainya. Masyarakat menjadi apatis terhadap
kewirausahaan. Sehingga kita selalu tetinggal dengan bangsa-bangsa lain yang terlebih dahulu mengembangkan kewirausahaan, seperti Amerika Serikat, Jepang, Taiwan dan lain-lain. Dimanatingkat kemakmuran masyarakat mereka sangat tinggi. Dan sebaliknya dengan masyarakat Indonesia, menjadi masyarakat yang tertinggal dalam perekonomian, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Bangsa Indonesia menjadi negara besar yang miskin. Bangsa yang memiliki sumber
daya yang melimpah akan tetapi tidak dapat mengelolanya. Masalahnya bukan pada kemampuan SDM dan Teknologi saja melainkan sesungguhnya karena lemahnya jiwa kewirausahaan.
Beberapa hal yang menjadi penghambat perkembangan kewirausahaan di Indonesia, karena ada anggapan untuk melakukan wirausaha diperlukan :
1. Modal
Masyarakat kita menganggap bahwa modal itu hanya berupa finansial dan harus disediakan
dalam jumlah tertentu, bilamana tidak maka kita tidak dapat memulai wirausaha. Padalah modal dapat berupa ketrampilan, pengetahuan teknis dan jaringan kerja, dimana pada ahirnya dapat mendatangkan modal finansial.Memang betul bahwa suatu kegiatan apapun harus menggunakan uang. Karena dengan uang kita dapat melakukan mobilisasi sumber daya untuk menciptakan sesuatu yang dibutuhkan masyarakat atau konsumen. Dengan demikian suatu kegiatan kewirausahaan membutuhkan modal berupa uang.
Banyak pemilik uang yang tidak dapat mengembangkan uang miliknya. Keinginan pemilik
uang adalah agar uang yang dimiliki berkembang. Namun banyak pemilik uang tidak memiliki
kemampuan mengembangkan uang miliknya. Pemilik uang biasanya mencari jalan agar uang miliknya berkembang melalui suatu bidang usaha yang dianggap fisibel. Suatu bidang yang dianggap fisibel biasanya dimiliki oleh seorang wirausahawan yang biasanya memiliki kreativitas dalam menghadapi suatu persoalan, dan menjadikannya suatu peluang usaha. Dengan demikian seorang wirausahawan dapat berparner dengan pemilik modal. Dimana masing-masing menggunakan perannya dan saling menguntungkan.
2. Keturunan
Seorang sering mengatakan bahwa saya tidak dapat menjadi wirausahawan karena bukan
seorang keturunan wirausahawan. Pernyataan tersebut sebenarnya dia membatasi diri untuk
berkembang. Wirausahawan tidak melihat seseorang berasal dari mana, turunan siapa dan suku tertentu, yang ada adalah lingkungan yang membentuk dirinya. Dari lingkungan seseorang belajar dan memahami apa yang dilihat dan dirasakan.
Bila seseorang dengan lingkunganya adalah lingkungan para wirausahawan maka ia akan
cenderung bertindak dan berpikir wirausaha. Bila seseorang dengan lingkungan akademisi maka ia akan bertindak dan berfikir secara akademisi. Bila seseorang dengan lingkungan pekerja maka ia akan cenderung bertindak dan berpikir secara pekerja. Seseorang bisa melakukan mutasi dari lingkungan ia berada. Seseorang dari lingkungan pekerja, ia bisa bermutasi menjadi seorang wirausahawan bila ia berkehendak dan merubah lingkungan dimana ia berada.
3. Status Sosial Rendah
Wirausahawan kurang mendapat penghormatan dalam masyarakat. Apalagi untuk
wirausahawan yang relatif masih kecil. Masyarakat kita lebih memberikan penghormatan kepada kaum pekerja yang memiliki jabatan tertentu. Masyarakat kita sangat menghargai orang yang bekerja kantoran. Seorang wirausahawan yang usahanya masih kecil sering disebut penganguran atau orang yang tidak punya pekerjaan.
4. Pendidikan
Pendidikan juga menghambat berkembangnya kewirausahaan. Bagi yang berpendidikan
rendah mengatakan bahwa mana mungkin saya bisa melakukan wirausaha karena pendidikan saya rendah. Sebaliknya orang yang berpendidikan tinggi juga mengatakan, pendidikan saya tinggi, saya harus segera berpenghasilan tinggi, mengapa saya harus melakukan kewirausahaan yang belum pasti hasilnya. Kewirausahaan tidak mengenal pendidikan. Yang ada adalah kemampuan membaca peluang usaha, kerja keras, tekun dan cerdik. Dengan kemampuan membaca peluang usaha, kerja keras, tekun dan cerdik, seorang wirausaha akan sukses.
5. Gender
Saat ini banyak wirausahawan yang berasal dari wanita, bukan mutlak pria. Pembatasan
gender hanya ada dalam kodrat sebagai manusia. Dalam berwirausaha tidak ada perbedaan
gender.
6. Kesehatan/Kelengkapan Fisik
Kesehatan/kelengkapan fisik adalah karunia Illahi. Tetapi tidak semua orang mempunyai
kesehatan dan kelengkapan fisik bukan berarti tidak bisa melakukan sesuatu apapun. Banyak usaha yang dijalankan dengan kursi roda.
Segudang prestasi didapatkan melalui belajar dan bekerja keras yang didorong oleh motivasi
diri yang kuat untuk meraih sukses sejak masa remaja. Bahkan, disebutkan bahwa kunci sukses keluar dari kesulitan dan dapat memberikan pengetahuan yang lebih dalam meraih keberhasilan usaha. Maka jangan percaya terhadap mitos seputar wirausaha, semua itu sebenarnya hanyalah kurangnya pemahaman kita tentang kewirausahaan. Seperti mitos berikut ini :
* Mitos: Wirausaha muncul karena bakat dan keturunan
* Mitos: Wirausaha adalah para pelaku, bukan para pemikir
* Mitos: Wirausaha tidak bisa diajarkan atau dibentuk
* Mitos: Wirausaha adalah selalu sebagai investor
* Mitos: Wirausaha membutuhkan keberuntungan
* Mitos: Wirausaha harus selalu sukses dan tidak gagal
* Mitos: Wirausaha adalah sama seperti penjudi
1.4 Budaya Bangsa Indonesia yang Menghambat Kewirausahaan
Bangsa ini sebenarnya memiliki potensi yang tak ternilai dalam sumber daya alam. Akan tetapi,sumber daya alam yang melimpah bukan menjadi berkah bagi bangsa ini. Namun menjadi sebuah bencana karena sampai sekarang taraf rata-rata orang Indonesia belum mencapai kesejahteraan. Penyebabnya adalah sikap mental sebagian manusia Indonesia. Mochtar Lubis, telah membuat ciri-ciri manusia Indonesia lama yang menghambat pembangunan dan kewirausahaan, diantaranya:
1. Mitos dan Mistik
Mitos adalah kepercayaan kepada cerita-cerita tentang peristiwa alam dan benda-benda
yang diungkapkan secara gaib serta sama sekali tidak rasional. Sedangkan mistik adalah hal-hal gaib yang tidak terjangkau oleh akal manusia biasa, yang sering menjadi tempat pelarian bagi seseorang bila dalam keadaan penuh tekanan dan perasaan ketidakberdayaan.
Sejak zaman dahulu sampai sekarang manusia Indonesia masih ada yang percaya
kepada mitos dan mistik. Sebagian manusia Indonesia percaya bahwa batu, gunung, pantai,
sungai, danau, karang, pohon, patung, bangunan, keris, pisau, pedang dan lain-lain mempunyai kekuatan gaib. Benta itu dikeramatkan sehingga harus dilaksanakan upacara-upacara untuk mengatur hubungan baik dengan benda tersebut, menyenangkan benda tersebut agar jangan memusuhi manusia. Manusia Indonesia sebagian masih percaya pada hantu, genduruwo, jurig, kuntilanak, dan makhluk-makhluk halus lainnya. Suku bangsa Jawa dan Sunda ada kepercayaan bahwa cara alternatif bila ingin kaya harus memakai ilmu ngepet, pesugihan, atau memelihara tuyul. Jika ingin menduduki tempat 'basah', naik pangkat, atau naik jabatan harus memakai jampijampi.Di Jawa, keris sangat dihormati. Ada keris membawa rejeki, penjaga jiwa, harta, bahkan ada keris yang membuat kebal pemiliknya.Budaya-budaya mitos dan mistik yang digunakan untuk mengambil jalan pintas dan menghindari risiko sangat menghambat perilaku kewirausahaan pada masa modern saat ini.
2. Sinkretisme
Sinkretisme adalah suatu paham yang berusaha memadukan unsur-unsur kepercayaan
lama dengan unsur-unsur kepercayaan yang baru, tetapi unsur-unsur kepercayaan yang lama masih dipertahankan.Contohnya, walaupun masyarakat Indonesia mengenyam pendidikan modern dan bekerja di tempat modern, kepercayaan terhadap hal-hal yang gaib masih tetap ada. Misalnya untuk merebut posisi kepala bagian di sebuah instansi, maka yang dilakukan adalah meminta bantuan dukun santet untuk menyingkirkan saingan. Contoh lain yang terlihat adalah banyaknya tayangantayangan mistik di televisi dengan rating yang tinggi walaupun bangsa Indonesia dikatakan bangsa yang modern. Bahkan sebagian pihak stasiun televisi membuat tayangan mistik menjadi bisnis penghasil iklan dan uang. Hal ini bukanlah jiwa wirausaha karena tayangan mistik tidak memberikan value added (nilai tambah) kepada masyarakat dan bahkan meracuni pikiran masyarakat sehingga banyak yang tergoda untuk memanfaatkan jasa dukun untuk jalan pintas dalam bisnisnya. Sinkretisme yang dilakukan adalah mencampuradukkan ajaran agama yang benar dengan pensucian benda-benda keramat atau mantera-mantera yang tidak diajarkan agama.
3. Hipokritis
Hipokritis adalah sifat munafik atau suka berpura-pura. Lain di muka lain di belakang.
Penjajahan selama 350 tahun yang membawa kesengsaraan dan kemelaratan telah membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang suka berpura-pura, karena takut akan mendapathukuman bagi dirinya. Selain penjajahan, sifat feodal yang menekan inisiatif rakyat juga menjadi sumber hipokritis bangsa Indonesia sampai sekarang. Sebagai contoh adalah negara kita yang berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi, tempat-tempat prostitusi, dan perjudian boleh dibuka. Pabrik dan penjualan minuman keras tetap diperbolehkan.
Azan Shubuh dan Maghrib di stasiun televisi tertentu dikumandangkan dan siraman rohani
ditayangkan, namun beberapa jam berikutnya ditayangkan acara mistik yang bertentangan
dengan konsep keesaan Tuhan. Beberapa jam lagi ditayangkan acara hiburan yang menampilkan goyangan sensual penyanyi wanita yang berbusana seadanya. Atau pada tengah malam ditayangkan acara "khusus dewasa" . Orang Indonesia sering menutup-nutupi kenyataan/keadaan yang sebenarnya karena malu atau takut dianggap buruk. Hal ini juga sering dilakukan agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Sikap hipokritis seperti ini jelas menghambat kemajuan suatu bangsa.
4. Feodalisme
Feodalisme adalah sistem sosial yang memberikan kekuasaan yang besar dengan
mengagung-agungkan golongan yang memiliki kekuatan, kekuasaan, atau kharisma. Dalam
feodalisme, seorang bawahan harus mengabdi kepada atasan. Maka dalam sistem feodal, rakyat selalu dalam posisi tertekan dan tertindas, baik inisiatif maupun aspirasinya. Segalanya ditentukan oleh atasan. Feodalisme umumnya terjadi di kawasan Asia. Sebagai contoh kaisar Jepang dianggap sebagai titisan dewa matahari atau Amaterasu. Sementara di Eropa, feodalisme sudah mulai ditinggalkan ketika Eropa mengumandangkan Renaissance. Dan puncaknya adalah Revolusi Prancis.Robert Heine Geldern menulis anggapan bahwa raja sebagai titisan dewa telah meluas di Asia.Pandangan tersebut didasari anggapan adanya keharusan adanya keharmonisan antara alam makro yang dikuasai dewa dengan alam mikro yang dihuni manusia. Hal ini tercermin dalam bentuk kota-kota kuno yang dibangun sesuai arah mata angin. Menurut Onghokham , pada posisi
paling atas diantara kerajaan-kerajaan di Jawa terdapat raja 'titisan Dewa", yang memerintah
rakyatnya melalui sistem birokrasi yang luas. Para anggota birokrasi, yaitu yang disebut priyayi,
menerapkan kebijaksanaan raja dan dilengkapi dengan wewenang memberi perintah. Setiap
priyayi memiliki hak atas tenaga kerja dan hasil panen sejumlah keluarga petani yang telah
dijatahkan padanya oleh raja. Para petani harus menyerahkan sebagian hasil panen, dan
mengabdikan tenaganya termasuk sebagai prajurit.
Dasar kekuasaan kaum birokrat yang berkuasa di Indonesia bukanlah pemilikan modal, hak
milik, atau kekayaan, melainkan posisi atau jabatan. Sistem norma-norma yang mendorong
dalam lapisan feodal selaras dengan mentalitas birokrasi kebangsawanan. Cara berpikir yang mementingkan martabat dan gengsi. Usaha mengejar kedudukan yang mapan. Kecenderungan untuk mengikuti pola konsumsi yang boros. Itu semua merupakan "jabatan tinggi yang hampir bagaikan dewa". Sehingga budaya seperti itu membuat pola pikir sebagian besar masyarakat untuk bercita-cita dan berlomba-lomba dalam sebuah tes masuk sebagai pegawai kantoran atau pegawai negeri daripada menjadi wirausaha.
Beberapa hal yang menghambat perekonomian dan produktivitas (inefisiensi) timbul
akibat feodalisme. Seperti sikap ABS (asal bapak senang) dengan memberi laporan fiktif, orang yang menduduki jabatan atau pangkat di atas menginginkan bawahan mengabdi kepadanya dengan patuh, hormat, takut, merendah, tahu diri, dan sebagainya. Sebaliknya, bawahan melakukan segala hal yang menyenangkan pihak atasan atau pimpinan, misalnya, jikaberhadapan dengan pimpinan harus hormat, cara berbicara dan bahasa yang dipakai harussopan, atau jika ingin bertemu harus membuat janji terlebih dahulu melalui sekretaris karena menelepon langsung dianggap tidak sopan.
5. Tidak Hemat dan Mengejar Gengsi
Perubahan pola hidup seiring dengan meningkatnya kemampuan ekonomi mendorong
orang berperilaku konsumtif. Sifatnya memakai tetapi tidak dapat membuat atau menciptakan. Perilaku seperti ini disebut konsumtif. Sering kita cenderung membeli barang-barang secara berlebihan yang terkadang hanya untuk mencari gengsi. Untuk memenuhi keinginan tersebut, kita bahkan mengeluarkan biaya yang banyak atau terkadang memaksakan kredit. Seringkali hal ini dilakukan tanpa perhitungan apakah di masa depan kredit tersebut dapat dilunasi. Akibatnya perekonomian Indonesia melompat dari agraris  angsung ke perekonomian yang digerakkan oleh konsumsi, tanpa melewati tahap  perkembangan produksi dan industri.
6. Suka Meniru
Meniru atau imitasi adalah menyamakan perbuatan atau tindakan dan tingkah laku kita
dengan perbuatan orang lain. Suka meniru adalah gambaran kepribadian seseorang yang lemah atau kurang percaya diri, sebab perilaku meniru hanya dilakukan oleh anak kecil yang belum memiliki orientasi dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Segi negatif dari meniru adalah melemahkan dan mematikan kreativitas seseorang .Sikap hidup yang kebarat-baratan merupakan sikap imitasi seperti mewarnai rambut,memutihkan warna kulit, memasang lensa kontak warna biru, dan menggunakan pakaian barat
yang tidak menutup anggota tubuh secara sempurna. Berbicara didepan umum dengan bahasa yang campur aduk dengan bahasa asing agar dikatakan berpendidikan dari luar negeri juga merupakan sikap imitasi dan merendahkan bahasa nasional. Bahkan ada artis kita yang hidup bersama dengan kekasihnya tanpa menikah yang mengikuti pola hidup barat yang rusak yaitu pasangan tanpa nikah (kumpul kebo).
Dalam dunia bisnis sering sekali ditemukan barang-barang asli tapi palsu. Barang buatan
Indonesia ditulis merek buatan luar negeri. Dan sering sekali kita dengar dan kita lihat produkproduk hiburan dan buku bajakan. Bahkan umumnya peniruan yang dilakukan berupa penjiplakan mentah-mentah tanpa upaya pembelajaran. Hal ini merupakan jalan pintas untuk mendapat keuntungan dengan mengeksploitasi hak cipta orang lain. Tanpa adanya upaya untuk menjiplak sebagai titik tolak untuk melakukan inovasi lebih lanjut.
7. Pasrah dan Persepsi yang Keliru pada Takdir
Pasrah terhadap takdir dan budaya menerima apa adanya merupakan hambatan dalam
mengembangkan budaya kewirausahaan. Sebagai contoh jika gunung meletus, berarti penguasa gunung marah maka harus diadakan ruwatan. Masyarakat Indonesia berpikir bahwa akibat dari suatu malapetaka harus diterima karena hal itu sudah menjadi takdir atau nasib dan sudah menjadi bencana langganan tahunan. Sedikit sekali yang mengatakan bahwa banjir yang terjadi adalah pendangkalan sungai akibat sampah, pemukiman liar di sekitar bantaran sungai, dan penggundulan hutan.
8. Berorientasi Pada Masalah, Bukan Pada Pemecahan
Bangsa Indonesia umumnya selalu meributkan masalah bukan kepada pemecahan
langsung dan kedepan. Sebagai contoh, masalah kenaikkan harga BBM. Sikap yang umumnya terjadi adalah menyalahkan pemerintah yang tidak peka terhadap kondisi rakyat. Pihak yang prokenaikkan menyalahkan kenaikkan harga minyak dunia dan defisit anggaran yang membengkak. Jika berorientasi kepada pemecahan yang dilakukan sebagai bangsa Indonesia adalah mencari solusi atas jalur distribusi BBM yang penuh kebocoran atau mencari energi alternatif karena bagaimanapun BBM akan habis. Brasil sukses dalam mengantisipasi krisis BBM dengan memproduksi ethanol yang berbahan dasar singkong. Bahan bakar ini juga dipakai sebagai bahan
bahan bakar pesawat udara. Begitu pula Israel menggunakan minyak jelantah untuk bahan bahantank. Sementara di Australia, minyak jelantah menjadi bahan bakar mobil. Mesin diesel juga dirancang dapat menggunakan minyak dari biji pohon jarak; di Eropa dan Amerika sekarang populer penggunaan mesin biodisel. Semua bahan-bahan tersebut: singkong, kelapa sawit, dan jarak mudah di tanam di Indonesia. Sikap inovatif dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
1.5 Mengubah Pola Pikir
Merubah sesuatu yang telah menjadi kebiasaan tidaklah mudah serta membutuhkan kerja
keras dan banyak pengorbanan, apalagi menyangkut pola pikir dari seorang individu.
a. Sejak terlahir, kita senantiasa dalam comfort zone (daerah aman dan nyaman). Secara
alamiah, sadar atau tidak kita selalu keluar masuk dari comfort zone satu ke comfort zone
berikutnya.
b. Para wirausaha jangan terjebak hanya dengan menjalankan bisnis kecil dengan pola
manajemen tradisional dan tidak pernah bisa berkembang.
c. Langkah awal adalah mengubah cara pandang dan mulai membangun entrepreneurialmindset.
d. Kita akan tahu telah memiliki kerangka berpikir wirausaha ketika mulai berpikir dan bertindak
sesuai kebiasaan wirausaha pada umumnya.
e. Dimana wirausaha akan lebih memilih:
– memperhitungkan ketidakpastian daripada menghindarinya,
– mereka melihat secara simpel ketika orang lain melihat kompleksitas, dan
– mereka mengambil pembelajaran dari resiko yang telah diperhitungkan.
f. Menurut Mc Grath dan MacMillan (2000) dalam Rambat (2004) pada umumnya wirausaha
memiliki lima karateristik mindset, yaitu :
– Mereka sangat bersemangat dalam melihat atau mencari peluang-peluang baru
– Mereka mengejar peluang dengan disiplin yang ketat
– Mereka hanya mengejar peluang yang sangat baik dan menghindari mengejar peluang lain
yang belum jelas
– Mereka fokus pada pelaksanaan
– Mereka mengikutsertakan energi setiap orang yang berada dalam jangkauan mereka
1.6 Motivasi Berprestasi
a. Pribadi wirausaha yang berhasil dapat dicirikan oleh hal-hal berikut :
· Berorientasi kepada tindakan dan memiliki motif yang tinggi dalam mengambil resiko untuk
mengejar tujuan.
· Dapat mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang dimiliki dan mengurangi kelemahankelemahan
yang ada.
· Mempunyai perilaku yang agresif dalam mengejar tujuan atau berorientasi kepada tujuan atau
hasil.
· Mau belajar dari pengalaman dalam menjalankan perusahaan dari waktu kewaktu.
· Memupuk dan mengembangkan pribadi unggul secara terus menerus.
b. Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif
berprestasi.
c. David C. McClelland bersama dengan kawan-kawannya, melakukan penelitian dengan
menggunakan Thematic Appreciation Test (TAT) meminta karyawan untuk melihat gambar dan
menulis cerita tentang apa yang mereka lihat, mereka mengelompokkan kebutuhan menjadi tiga
yang dikenal dengan Tiga Motif Sosial, yaitu:
1. Kebutuhan berprestasi (n-Ach) merupakan keinginan untuk melakukan dengan lebih baik
atau lebih efisien untuk memecahkan masalah.
2. Kebutuhan kekuasaan (n-Pow) adalah keinginan untuk mengendalikan dan mempengaruhi
perilaku orang lain.
3. Kebutuhan berafiliasi (n-Aff) adalah keinginan untuk membentuk dan mempertahankan
hubungan yang hangat dan bersahabat dengan orang lain.
Berdasarkan penelitian dari Entrepreneurship Working Group (2004) terlihat bahwa hanya
sedikit wirausaha yang berhasil menjadi pengusaha besar. Fenomena di Indonesia yang menarik
adalah mayoritas wirausaha yang berhasil ternyata berasal dari atau keturunan etnis China.
1.7 Kemampuan Dasar Kewirausahaan
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lambing (2000) bahwa kebanyakan responden
yang menjadi wirausaha berasal dan pengalaman sehingga ia memiliki jiwa dan watak
kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh ketrampilan,
kemampuan, atau kompetensi. Seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan beninovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and djfferent) atau kemampuan kreatif dan inovatif.
Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start-up), méngerjakan sesuatu yang baru (creative), mencari peluang (opportunity), menanggung nisiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:
1. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service).
2. Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added).
3. Merintis usaha baru (new businesess).
4. Melakukan proses/teknik baru (the new technic).
5. Mengembangkan organisasi baru (the new organization).
Wirausaha berfungsi sebagai perencana (planner) sekaligus sebagai pelaksana usaha
(businessman). Sebagai perencana (planner), wirausaha berperan:
1. Merancang perusahaan (corporate plan).
2. Mengatur strategi perusahaan (corporate strategy).
3. Pemrakarsa ide-ide perusahaan (corporate image).
4. Pemegang visi untuk memimpin (visioner leader).
Sedangkan sebagai pelaksana usaha (businessman), wirausaha berperan:
1. Menemukan, menciptakan, dan menerapkan ide baru yang berbeda (create the new and
different).
2. Meniru dan menduplikasi (imitating and duplicating).
3. Meniru dan memodifikasi (imitating and modification).
4. Mengembangkan (develop) produk baru, teknologi baru, citra baru, dan organisasi baru.
Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai pemilik dan manajer,maka wirausahalah yang memodali, mengatur, mengawasi, menikmati, dan rnenanggung risiko.Untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus dimiliki adalah modal dasar berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan modal baik uang maupun waktu, serta kecukupan tenaga dan pikiran secara proposional.
Modal-modal tersebut sebenamnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan kemampuan
(ability), yaitu:
(1) Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukannya atau
ditekuninya.
(2) Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak mengandalkan pada
sukses di masa lalu.
(3) Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis misalnya pengetahuan teknik,
desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.
(4) Search skill, yaitu kemampuan untuk menemukan, berkreasi, dan benimajinasi.
(5) Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan.
(6) Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan memprediksi keadaan masa yang akan datang.
(7) Communication skill, yaitu kemampuan untuk berkomuni-kasi, bergaul, dan berhubungan
dengan orang lain.
Ahli lain, seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7) mengemukakan delapan
karakter dasar yang dimiliki Wirausahawan, yaitu :
(1) Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang
dilakukannya. Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan selalu mawas diri.
(2) Preference for moderate risk, yaitu lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu
menghindari resiko, baik yang terlalu rendah maupun resiko yang terlalu tinggi.
(3) Confidence in their ability to success, yaitu percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil.
(4) Desire for immediate feedback, yaitu selalu menghendaki umpan balik yang segera.
(5) High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan
keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
(6) Future Orientation, yaitu berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh
kedepan.
(7) Skill at organizing, yaitu memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk
menciptakan nilai tambah.
(8) Value of achievement over money, yaitu lebih menghargai prestasi dari pada uang.
1.8 Kompetensi Kewirausahaan
Dengan memiliki beberapa keterampilan dasar di atas, maka seseorang akan memiliki
kemampuan (kompetensi) dalam kewirausahaan. Ada 10 kompetensi yang harus dimiliki
wirausaha, yaitu: (Dan & Bradstreet Business Credit Service, 1993: 1).
(1) Knowing your business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Seorang
wirausaha harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau
bisnis yang akan lakukan. Misalnya, seorang yang akan melakukan bisnis perhotelan maka ia harus memiliki pengetahuan tentang perhotelan. Untuk bisnis pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan tentang cara memasarkan komputer.
(2) Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministnasikan dan membukukan kegiatankegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis beranti memahami kiat, cara, proses, dan pengelolaan semua sumber daya secara efektif dan efisien.
(3) Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar terhadap usaha yang
dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan, pengusaha yang sungguhsungguh,dan tidak setengah hati.
(4) Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya berbentuk
materi, tetapi juga moril. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam
usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu cukup uang, tenaga, tempat, dan mental.
(5) Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur/ mengelola keuangan
secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannya secara tepat, serta
mengendalikannya secara akurat.
(6) Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur,menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.
(7) Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan, menggerakan (memotivasi), dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
(8) Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan kepada
pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, benmanfaat, dan
memuaskan.
(9) Knowing how to compete, yaitu mengatahui strategi/cara bersaing. Wirausaha, harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan
ancaman (threat) dininya dan pesaing. Ia hanus menggunakan analisis SWOT baik terhadap
dininya maupun terhadap pesaing.
(10) Copying with regulations and paperwork, yaitu membuat aturan/pedoman yang jelas
(tersurat, tidak tersirat).
Di samping keterampilan dan kemampuan, wirausaha juga harus memiliki pengalaman yang
seimbang. Ada 4 (empat) kemampuan utama yang diperlukan untuk mencapai pengalaman yang
15 Kewirausahaan SMK/MAK Kelas X/10
© <2012> @RuS Publishing
seimbang agar kewirausahaan berhasil, yaitu :
(1) Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun (know-how)sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih. Misalnya, kemampuan dalam bidang teknik produksi dan desain produksi. Ia harus betul-betul mengetahui bagaimana barang dan jasa itu dihasilkan dan disajikan.
(2) Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar yang cocok,
mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Ia harus mengetahui bagaimana menemukan peluang pasar yang spesifik, misalnya pelanggan dan harga khusus yangbelum dikelola pesaing.
(3) Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan, mengatur
pembelian, penjualan, pembu-kuan, dan perhitungan laba/rugi. Ia harus mengetahui bagaimanamendapatkan dana dan menggunakannya.
(4) Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan hubungan personal,seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar-perusahaan. Ia harus mengetahui hubungan inter-personal secara sehat.Menurut Ronald J. Ebert (2000: 117) bahwa efektivitas manajer perusahaan tergantung pada keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dasar manajemen (Basic Management Skill)tersebut meliput:
(1) Technical skill, yaitu keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas khusus,
seperti sekretaris, akuntan-auditor, dan ahli gambar.
(2) Human relations skill, yaitu keterampilan untuk memahami, mengerti, berkomunikasi, dan
berelasi dengan orang lain dalam organisasi.
(3) Conceptual skill, yaitu kemampuan personal untuk berpikir abstrak, untuk mendiagnosis dan
untuk menganalisis situasi yang bembeda, dan melihat situasi luar. Ketram-pilan konseptual
sangat penting untuk memperoleh peluang pasar baru dan menghadapi tantangan.
(4) Decision making skill, yaitu keterampilan untuk merumus-kan masalah dan memilih cara
bertindak yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Ada tiga tahap utama dalam
pengambilan keputusan, yaitu:
(a) Merumuskan masalah, mangumpulkan fakta, dan mengidentifikasi alternatif pemecahannya.
(b) Mengevaluasi setiap altemnatif dan memilih alternatif yang terbaik.
(c) Mengimplementasikan alternatif yang terpilih, menin-daklanjutinya secara periodik, dan
mengevaluasi ke-efektifan yang telah dipilih tersebut.
(6) Time management skill, yaitu keterampilan dalam menggunakan dan mengatur waktu
seproduktif mungkin.
Wirausaha yang sukses pada umumnya ialah mereka yang memiliki kompetensi, yaitu meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diberikan untuk melaksanakan pekerjaan.Wirausahawan tidak hanya memerlukan pengetahuan tapi juga ketrampilan, tetapi memiliki pengetahuan dan ketrampilan saja tidaklah cukup. Wirausahawan harus memiliki sikap positiaf, motivasi, dan selalu berkomitmen terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan/dikerjakannya. Kopetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan individu (personality)yang langsung berpengaruh pada kinerja. Secara keseluruhan beberapa hal yang diterangkan di atas, dapat dijelaskan bahwa : Intellectual Capital = Competance x Comitment, artinya meskipun ia memiliki tingkat penge-tahuan yang tinggi apabila tidak disertai dengan komitmen yang tinggi, maka wiraushawan tidak akan dapat menggunakan modal intlektualnya. Demikian juga dengan Competence = Capabelity x Authority,artinya bahwa wirausaha yang kompeten adalah wirausahawan yang memiliki kemampuan dan wewenang sendiri dalam penglolaan usahanya (kemandirian). Wirausaha selalu bebasmenentukan usahanya, tidak tergantung pada orang lain. Selanjutnya, Capabelity = Skill xKnowladge, artinya bahwa kapabilitas wirausahawan sangat ditentukan oleh pengetahuan dan ketrampilan atau kecakapan. Pengetahuan, ketampilan atau kecakapan yang dilengkapi dengansikap dan motovasi untuk selalu berprestasi membentuk kepribadian wirausaha.Dalam dunia bisnis, yang disebut kompetensi inti (core copentency) adalah kreativitas dan inovasiguna menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan, yang tercipta melalui pengembanganpengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan. Pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuanmerupakan kopetensi inti wirausahawan untuk menciptakan daya saing khusus agar memilikiposisi tawar-menawar yang kuat dalam persaingan.Dalam mengelola usaha, wirausaha dituntut mengelola semua aspek kegiatan meliputi 6 M, yaitu
:
1. Man (SDM) : pengalaman, tidak birokrasi, mandiri, dinamis, ulet, cepat tanggap dan
fleksibel.
2. Money (Dana) : sumber dana yang mencukupi.
3. Materials (Bahan) : bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi.
4. Machine ( Mesin) : Peralatan/mesin yang memadai.
5. Methods (Cara Kerja): cara kerja yang tepat dan efektif.
6. Markets (Pasar) : menciptakan pasar bagi barang hasil produksi.
Banyak ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbedabeda.
Geoffrey G. Meredith (1996:5-6) mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan,
sebagai berikut :
No. Ciri-ciri Watak
1 Percaya diri Keyakinan, ketidak tergantungan, individualitas, dan
optimisme.
2 Berorientasi pada tugas dan Hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba,
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif.
3 Berani mengambil resiko dan suka tantangan Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar.
4 Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan oranglain, menanggapi saran-saran dan kritik.
5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel.
6 Berorientasi kemasa depan Pandangan ke depan, perspektif.
Selain beberapa hal yang diuraikan tersebut di atas, kewirausahaan meliputi kemampuan
merumuskan tujuan dan memotivasi diri, berinisiatif, kemampuan membentuk modal dan
mengatur waktu, mental yang kuat dan kemampuan untuk mengambil hikmah dari pengalaman.
1.9 Berbakatkah Anda Berwirausaha?
Bahwa setiap orang berpotensi menjadi wirausaha tidak berarti hal itu akan terjadi dengan
sendirinya. Setiap orang harus membuat keputusan untuk menjadi apapun yang dicita-citakannya sesuai pengenalan terhadap bakat, talenta dan potensi dirinya masing-masing.
Apakah Anda berpotensi untuk menjadi wirausaha handal? Saya tidak tahu. Tetapi bila Anda
bertanya-tanya apakah Anda dapat mengetahui seberapa jauh Anda berpotensi, mampu atau
berbakat untuk menjadi wirausaha handal, maka cobalah menjawab sejumlah pertanyaan berikut:
1. Apakah Anda lebih suka bekerja dengan para ahli untuk mengejar prestasi?
2. Apakah Anda tidak takut mengambil risiko, tetapi akan berusaha berusaha menghindari risiko
tinggi bila dimungkinkan?
3. Apakah Anda cepat mengenali dan memecahkan masalah yang dapat menghalangi
kemampuan Anda untuk mencapai tujuan?
4. Apakah Anda tidak akan mengijinkan kebutuhan akan status mengganggu misi bisnis Anda?
5. Apakah Anda rela berkorban dan bersedia bekerja dengan jam kerja yang panjang untuk
membangun bisnis Anda?
6. Apakah Anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk mencapai keberhasilan?
7. Apakah Anda tidak membolehkan hubungan emosional mengganggu bisnis Anda?
8. Apakah Anda menganggap struktur organisasi sebagai satu halangan untuk mencapai
sasaran yang Anda inginkan?
Jika semua pertanyaan itu Anda jawab dengan "Ya", maka Anda memiliki profil seorang
wirausaha sejati. Paling tidak demikianlah menurut David E. Rye, pakar kewirausahaan yang
mengajarkan hal itu di Universitas Colorado, Amerika Serikat. Tetapi memiliki profil wirausaha belum berarti Anda akan sukses berwirausaha. Sebab sukses sebagai wirausaha itu ditentukano leh sejumlah ciri-ciri lainnya.
Cobalah mengidentifikasi apakah Anda memiliki ciri-ciri sukses yang menonjol untuk menjadi
wirausaha handal dengan menanyakan pada diri Anda pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apakah saya ingin mengendalikan semua hal yang saya lakukan?
2. Apakah saya menyukai aktivitas yang menunjukkan kemajuan yang berorientasi pada tujuan?
3. Apakah saya mampu memotivasi diri sendiri dengan suatu hasrat yang tinggi untuk berhasil?
4. Apakah saya cepat memahami rincian tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai
sasaran yang saya tetapkan?
5. Apakah saya akan menganalisis semua pilihan yang tersedia untuk memastikan
keberhasilannya dan meminimalisasi risikonya?
6. Apakah saya mengenali pentingnya hidup pribadi saya dalam hubungannya dengan usaha
yang saya tekuni?
7. Apakah saya selalu mencari suatu cara yang lebih baik untuk melakukan suatu pekerjaan?
8. Apakah saya selalu melihat pilihan-pilihan yang tersedia untuk mengatasi setiap masalah
yang mungkin menghadang?
9. Apakah saya tidak takut mengakui kesalahan bila ternyata saya memang keliru?
Bila semua pertanyaan di atas Anda jawab dengan "Ya", maka makin jelaslah potensi
kewirausahaan dalam diri Anda. Tetapi untuk menyempurnakan keyakinan Anda, cobalah
menjawab kembali pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Sukakah Anda bertanggung jawab terhadap situasi tertentu dan mengambil keputusan
sendiri?
2. Apakah Anda menikmati persaingan dalam suatu lingkungan bisnis yang kompetitif?
3. Apakah Anda secara individual mampu mengarahkan diri sendiri dengan disiplin diri yang
kuat?
4. Sukakah Anda merencanakan masa depan dan secara konsisten berusaha mencapai tujuan atau sasaran pribadi Anda?
5. Apakah Anda cukup mampu memanajemeni waktu dan sering menyelesaikan tugas-tugas
secara tepat waktu?
6. Jika Anda mulai berwirausaha, siapkah Anda untuk menurunkan standar hidup sampai usahaAnda menghasilkan pemasukan yang cukup kokoh?
7. Apakah kesehatan Anda cukup baik dan apakah stamina fisik Anda cukup kuat untuk bekerjadalam rentang waktu yang panjang?
8. Dapatkah Anda mengakui bila melakukan kekeliruan dan menerima nasehat dari orang lain?
9. Jika bisnis Anda gagal, siapkah Anda untuk kehilangan semua kekayaan?
10. Apakah Anda memiliki kestabilan untuk bekerja dalam tekanan dan penuh ketegangan?
11. Dapatkah Anda dengan cepat menyesuaikan diri dengan perubahan dan melaksanakan
perubahan bila diperlukan?
12. Apakah Anda seorang yang berinisiatif untuk memulai dan bekerja sendiri tanpa bergantungpada orang lain (self-starter)?
13. Dapatkah Anda mengambil keputusan dengan cepat dan tidak menyesali keputusan burukyang mungkin Anda ambil?
14. Apakah Anda mempercayai orang lain dan apakah mereka juga mempercayai Anda?
15. Apakah Anda dapat memahami bagaimana memecahkan masalah dengan cepat, efektif, dandengan penuh keyakinan?
16. Dapatkah Anda mempertahankan suatu sikap yang positif meskipun dalam menghadapi
kemalangan?
17. Apakah Anda seorang komunikator yang baik dan dapatkah Anda menjelaskan ide-ide Andadalam kata-kata yang dapat dipahami orang lain?
Jika semua pertanyaan itu lagi-lagi Anda jawab dengan "ya", maka sekali lagi menurut David
Rye, sempurnalah potensi kewirausahaan dalam diri Anda. Tetapi bila dari 17 pertanyaan terakhir4 atau lebih Anda jawab dengan "Tidak", maka sebaiknya Anda kembali memikirkan niat Andauntuk menjadi wirausaha.Saya percaya bahwa teknik berdialog dengan diri sendiri dengan menggunakan berbagaipertanyaan seperti di atas sangat berguna untuk lebih mengenali potensi diri seseorang. Apalagibila hal itu disusun berdasarkan suatu pengalaman dan diperkaya dengan studi atau penelitiankhusus dengan metode yang ketat.Masalahnya, saya juga percaya bahwa sebagian orang cenderung menilai dirinya secara tidakproporsional. Ia bisa menilai dirinya serba mampu, serba baik, dan serba hebat (superior), ataujustru serba tidak mampu dan banyak kelemahan (inferior). Belum lagi kenyataan yangmenunjukkan bahwa potensi setiap orang itu dapat berkembang dari waktu ke waktu. Lewatproses belajar secara berkesinambungan orang dapat meningkatkan kualitas pribadinya danmengalami keajaiban-keajaiban dalam hidupnya.Karenanya, apa pun jawaban yang Anda berikan terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, ijinkansaya untuk menyederhanakan semua itu menjadi satu saja, yakni : apakah Anda benar-benaringin berwirausaha, sekalipun belum tentu Anda akan berhasil dan sekalipun Anda harus bekerjakeras menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan, serta sekalipun Anda harus selalu berusahauntuk bangkit dari kegagalan-kegagalan yang bertubi-tubi? Jika Anda menjawab "Ya" terhadappertanyaan tunggal ini, maka tak perlu ragu untuk mencobanya. Sebab hal itu berarti Anda telahmembuat sebuah keputusan yang penting bagi masa depan Anda sendiri. Dan untuk menciptakanmasa depan Anda sendiri, setidaknya hal ini disarankan oleh Michael Dell, adakalanya Anda tidakperlu mendengarkan apa yang orang lain katakan tidak mampu Anda lakukan. Just do it (lakukansaja). Jangan biarkan orang lain mendikte hidup Anda. Cobalah mengecap suatu kenikmatankhusus untuk melakukan apa yang justru dianggap orang tidak mampu Anda lakukan.


























0 komentar:

Posting Komentar